Senin, 28 Februari 2011

(Fanfic) Comeback

COMEBACK


Cast : Yamada Ryosuke
Genre :
Rating :
Disclaimer : Sayangnya Yamada Ryosuke bukan milikku T_T *andaikan aku bisa memiliki senyumnya*
A/N 1 : Dalam semalam!!! XD
A/N 2 : Terinspirasi setelah lihat video klip lagu Peter Ho yang judulnya Zai Ai Wo Hao Ma (dibintangi Peter Ho dan Da S). Tapi tenang, ga mirip banget kok. Cuma inti cerita aja yang sama :D
A/N 3 : Maaf kalau fanfic ini tidak membekas apa – apa. Aku masih sangat pemula. Gomennasai T_T




Pesawat yg aku tumpangi masih berada di angkasa. Aku duduk sendirian di kursi dekat jendela. Entah kenapa tapi aku lebih senang duduk di dekat jendela. Sekilas aku menengok keluar. Terlihat awan putih di sekitar pesawat. Awan... benda itu mengingatkanku pada yumi...

::: FLASHBACK :::

“Ryo-kun, awan itu cantik ya,” tangan putih Yumi menunjuk awan yg ada d angkasa
“Yang mana?” aku memicingkan mata mencari awan yg ditunjuk yumi
“Ano kumo. Bentuknya hati,” dia menunjuk lagi sambil tersenyum
“Ah, kayanya bukan hati deh,”
“Terus apa? Itu hati kok,”
“Bentuk waru,” sok serius
“Ah, itu sih sama aja. Ryo-kun ini,” dia memukul lenganku pelan
Setelah itu, kami tertawa dan melanjutkan melihat awan yang bergerak cepat di angkasa biru

::: FLASHBACK END :::

Kuhela nafasku. Aku teringat olehnya. Otot –otot wajahku kurasakan tertarik saat aku tersenyum. Aku mengingat tingkahnya dulu. Sosok polos yang bersikap dewasa. Aku merindukannya....sangat.
Aku menoleh ke arah kanan. Kulihat seorang anak kecil berambut hitam panjang sedang memegang mainan mobil berwarna merah. Mobil merah....

::: FLASHBACK :::

Yumi sedang menggosok mobil bagian depan dengan spons. Tangannya penuh dengan sabun

“Yumi chan, kayanya asik banget. Ga mandi sekalian nih?” aku muncul membawa selang yang sudah terhubung dengan kran.
“Ih, aku udah mandi tau. Ryo-kun tuh belum mandi,” Yumi mencipratkan sedikit sabun
“Masaka? Aku belum mandi ya???” tampang polos
“Yeee, Ryo-kun sih jarang mandi,” Yumi menjulurkan lidahnya
“Gini – gini juga masih cakep kok,” sok naikin kerah baju
“Udah ah. Bantuin nyuci mobil nih,” dia menggosok mobil lagi
“Aku bilas aja ya,” aku mengarahkan air ke mobil, tapi dengan cepat aku arahkan ke Yumi
“Ah! Ryo-kun!” dia menghalangi wajahnya dengan tangan
“Hahaha... Sekalian basah aja,” aku tertawa melihatnya
“Ih, aku bales nih,” dia mengambil selang dariku dan mengarahkannya ke aku
“Yabai! Basah!” aku mencoba berlindung dengan berlari mengitari mobil

Yumi mengejarku dengan masih menyemprotkan air. Waktu itu akhirnya kami habiskan dengan saling membasahi diri. Sementara mobilnya....masih penuh busa

::: FLASHBACK END :::

Pesawat mendarat di bandara. Aku segera berdiri dan bersiap turun. Kurogoh sakuku. Kurasakan kotak kecil menyentuh ujung jariku. Aku tersenyum
Kulangkahkan kakiku keluar dari bandara. Satu tanganku membawa tas ransel. Di dekat bandara itu, ada sebuah stasiun kereta. Kulangkahkan kakiku menuju stasiun itu.
Kereta melaju dengan cepat. Pemandangan di sekitar menjadi tampak samar – samar. Kusenderkan tubuhku ke dinding kereta. Di depanku ada seorang wanita membawa bunga lili putih.

::: FLASHBACK :::

“Bunga ini cantik ya?” dia hirup bau wangi dari bunga lili putih yang dipegangnya
“Kenapa bukan mawar? Bukannya kebanyakan perempuan menyukai mawar?” Aku memandang bunga mawar yang masih tertanam di tanah
“Wakaranai. Rasanya aku lebih menyukai lili daripada mawar,” Senyumnya mengembang
“Hanya karena itu?”
“Lagipula mawar itu jahat. Ada orang yang ingin memegangnya, tapi dikenai duri dari mawar itu. Itu kan jahat,” Dia mengambil beberapa tangkai bunga lili lagi

::: FLASHBACK END :::

Kereta berhenti. Aku beranjak meninggalkan tempat duduk. Di luar sedikit gerimis. Tapi kubiarkan. Biarkan aku basah.
Aku berjalan menyusuri jalan. Langit sore tampak gelap karena tertutupi awan hitam. Tidak banyak orang lalu lalang. Ada pun yang lewat, mereka berjalan agak cepat dan memakai payung. Sedangkan aku tidak.
Aku melewati sebuah tempat. Sebuah klinik.

::: FLASHBACK :::

Yumi tertunduk di kursi halaman. Kulihat raut wajahnya sangat sedih. Setetes demi setetes air mata bening dari matanya terjatuh.

“Semakin parah....” gumamnya

Kulihat ia menggenggam rambut. Rontokan rambut yang sangat banyak. Ia menggenggamnya sangat erat. Seakan ia tidak percaya akan apa yang dipegangnya.

“Yumi chan...” aku duduk di sebelahnya

Ia langsung menyenderkan kepalanya ke pundakku. Kurasakan bahunya berguncang.

“Doushite....”

::: FLASHBACK END :::

Aku terus menyusuri jalan itu. Di sepanjang jalan terlihat berbagai toko. Mulai dari toko baju hingga toko elektronik.
Hujan yang semula sedikit gerimis, menjadi gerimis. Tetesan air semakin banyak mengenai tubuhku. Tapi tetap tidak kuhiraukan. Aku tetap berjalan seperti tadi.
Aku melewati sebuah toko es krim. Terlihat di dalam toko itu seorang anak kecil. Ia sedang memakan es krim stroberi bersama ibunya.

::: FLASHBACK :::

Aku sedang duduk di halaman. Memandang hampa ke depan.

“Ryo-kun, aku baru beli es krim stroberi nih. Mau?” Yumi duduk di sebelahku

Aku bergeming sesaat. Sesaat kemudian aku beranjak dan pergi meninggalkannya.

“Ryo-kun....”

::: FLASHBACK END :::

Di depan, aku melihat sebuah toko bunga. Aku tersenyum. Kumasuki toko itu.

“Konnichiwa. Ada yang bisa saya bantu?” Penjaga toko itu menghampiriku
“Hai. Saya mencari sebuket bunga mawar putih. Ada?” Aku melihat sekeliling. Bunga – bunga berjejer.
“Ah, chotto matte. Akan saya ambilkan,” Penjaga toko itu pergi ke balik bunga – bunga.

Aku kembali memandang sekeliling. Banyak bunga berjejer di sini. Mulai dari anggrek, matahari, mawar...

::: FLASHBACK :::

Aku duduk di atas rumput. Tanganku memutar bunga mawar. Kupandangi bunga itu. Bunga ini jahat?

“Ittai!” Jariku tertusuk duri mawar saat aku sedang memutarnya
“Ah, Ryo-kun? Daijoubu?” Yumi menghampiriku.

Dilihatnya jariku yang tergores terkena duri mawar. Diraihnya jariku. Ia usap dengan tanganku. Lalu ia dekatkan ke bibirnya dan ia kecup jariku yang terkena duri.

“Bukankah Yumi sudah bilang kalau mawar itu jahat?” Ia memandangku

Aku hanya bisa memandang dirinya tanpa tahu ekspresi apa yang harus aku tunjukkan.

::: FLASHBACK END :::

“Apakah bunga lili yang seperti ini?” Penjaga toko itu kembali membawa sebuket bunga lili putih
“Hai. Saya beli yang ini saja,” Aku tersenyum
“Baiklah. Di sini, setiap pembeli diwajibkan menuliskan namanya di kertas pembayaran,” Ia menyodorkan kertas kuitansi

Kutulis namaku di sana. Yamada Ryosuke

“Ah, nama anda Yamada Ryosuke. Yamada-san, terima kasih telah membeli bunga di sini. Kalau boleh saya tahu, untuk siapa bunga ini?” Ia menerima kuitansi yang aku kembalikan
“Untuk seseorang yang spesial di hatiku,” Aku tersenyum
“Aah, untuk pacarnya ya,” Penjaga toko itu tersenyum jahil

Aku hanya bisa tersenyum mendengar tebakannya. Memang... Memang ini untuk seseorang yang spesial di hatiku...

“Silahkan, ini bunga lili yang anda beli,” Ia menyerahkan buket bunga lili
“Arigatou gozaimashita. Sayonara,” Kulangkahkan kakiku meninggalkan toko bunga itu
“Do itashimashita. Sayonara,” terdengar suara dari penjaga toko itu

Kakiku kembali melangkah di jalan. Masih gerimis. Kali ini kuputuskan untuk berlari. Aku berlari sepanjang jalan itu. Tangan kananku memegang buket bunga lili yang kubeli tadi. Aku tersenyum lebar mengingat aku akan bertemu Yumi kembali setelah jangka waktu yang kurasa bagai seabad.

::: FLASHBACK :::

“Ryo-kun. Ryo-kun,” Yumi mengejar langkahku. Dipegangnya tangan kananku. Namun aku tetap berjalan menuruni tangga taman
“Ryo-kun, apa kau yakin pergi sekarang? Ryo-kun, jawab aku,” Yumi tetap memegangi tanganku. Namun aku tetap berjalan
Tiba – tiba ia tarik tanganku dan langsung memelukku sambil berjinjit. Tanganku melingkar di leherku. Kurasakan pundakku basah. Ia menangis.
“Ryo-kun, aku sedih....”
“Gomen ne, Yumi chan. Aku harus pergi,” Ku peluk tubuhnya sebentar. Lalu kulepaskan dan aku berjalan menuju bus yang tiba.

Aku menaiki bus itu. Tapi aku tidak cepat mencari tempat duduk. Bus itu berjalan. Aku melongok ke luar. Ke tempat Yumi berdiri. Yumi masih di situ. Kulihat tangannya melambai. Senyumnya sangat sedih...

::: FLASHBACK END :::

Aku berlari. Gerimis yang mengguyurku membuatku basah. Aku tersenyum membayangkan akan bertemu dia kembali. Aku sudah sangat merindukannya.
Di depan aku berbelok. Aku berlari sepanjang jalan kecil itu. Kulihat di depan ada sebuah lapangan. Aku turun ke lapangan itu. Aku berlari menyeberangi lapangan itu. Kulihat di depan.
Aku berhenti. Aku sampai. Aku telah berdiri di depan Yumi. Kurogoh sakuku. Kukeluarkan kotak kecil berwarna biru, warna kesukaan Yumi. Tampak di dalam kotak itu sebuah cincin putih. Ku ambil cincin itu. Aku mengecupnya sebentar. Kurasakan pandanganku menjadi buram. Tetesan air mata mengalir melalui kedua bola mataku.
Hati bahagia, namun sakit. Hatiku senang, namun perih. Aku kembali bertemu dengannya.

“Yumi chan, otanjoubi omedetou. Daijoubu desu ka? Lama tidak bertemu. Jujur, aku sangat merindukanmu. Kuharap kau dapat mendengarku dan membalas kata – kataku. Selama ini aku hanya mendengar suaramu dari telepon. Yumi chan.... Aishiteru,”

Aku berjongkok. Ku taruh cincin yang kubawa dan kusenderkan buket bunga lili yang kubawa tadi pada batu itu. Kuelus sebentar batu itu.

“Aishiteru, Sakurai Yumi....”

Aku berdiri. Kupandangi lekat – lekat. Dengan perasaan sedih, namun merasa bahagia, aku berbalik. Aku pergi....
Gerimis telah reda. Kini, sinar matahari sore memancar. Makamnya terlihat sangat indah tertimpa cahaya matahari sore. Makamnya terlihat berkilau. Kuharap ia tahu bahwa aku datang. Bahwa aku menepati janjiku tepat saat ulang tahunnya. Janji bahwa aku akan pulang.
Aku tahu bahwa sekarang ia sudah terbaring di bawah tanah. Aku hanya berharap, arwahnya tahu bahwa aku tidak ingkar. Bahwa rasaku terhadapnya tidak berubah. Bahwa aku masih tetap mencintainya.
Tulisan pada makam itu berkilau tertimpa cahaya matahari. Tulisan itu dapat terbaca. Berbunyi, “SAKURAI YUMI”

Read More......