Sabtu, 29 Oktober 2011

[Fanfic] Don't Touch My Girl - Jo Young Min X OC

Tittle : Don’t Touch My Girl
Author : Desynta / Han Rae In
Cast : Jo Young Min (Boyfriend) X Han Rae In (Author)
Genre : Romance, Angst
A/N : Jebal, dalam fanfic ini, bayangkan lagu Don’t Touch My Girl versi slow. Bisa kaya lagu SS501 yang Only One Day. Jebal jebal... >_< A/N 2 : Angst yang gagal T___T Jangan marah padaku kalau angst-nya ga kerasa. Mian mian >__<

===========================================================

You’re My Lady...
You’re My Lady...
You’re My Lady...
With You...


Pemuda bernama Jo Young Min itu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Ia menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ia menunduk. Begitu dalam perasaannya kini. Bahkan tak seorang pun yang bisa menenangkannya kini.

Sinar matahari sore menerobos jendela ruang tengah menuju Young Min. Ia tak bergerak, kecuali dadanya yang naik turun menandakan nafas yang ada pada dirinya.


********************

Tampak seorang gadis tengah memejamkan matanya. Tubuhnya berbaring di sebuah sofa dan kepalanya berada di pangkuan seorang pemuda. Ia tersenyum, senyum yang begitu manis.

Pemuda yang tengah duduk itu ikut tersenyum. Ia menelusuri helai rambut gadis yang tengah tidur itu dengan jemari tangannya. Ia membelainya sesekali. Detik berikutnya telunjuk pemuda itu telah sampai di tengkuk sang gadis.

“Kya! Oppa!” gadis itu langsung duduk dan memukulkan bantal ke pemuda di sampingnya. “Nakal. Aku kan tidak tidur,” gadis itu terus memukul pemuda di sampingnya.

“Lucu deh,” pemuda itu tertawa dan tak menghiraukan pukulan bantal yang tak berakibat apapun padanya. Pemuda itu meraih kamera di meja dan memotret sang gadis. “Rae In lucu,”

“Young Min oppa!”



********************

Jageunge mwo eottae jjarbeumyeon eottae
Gwaenchanha gwaenchanha kkotbodan neoya
Yeppeuda yeppeuda namdeul boda
Songnunsseopdo gilgo ttongbaedo gwiyeowo


Young Min mengambil sebuah buku yang berada di meja di sebelah sofa tempatnya duduk kini. Ia membuka buku itu dan langsung terbuka pada halaman yang terdapat sebuah foto. Gadis yang tidak lebih tinggi dari pundak Young Min.

Young Min membelai foto tersebut. Kemudian ia mendekap foto itu dan memejamkan mata.

********************

Young Min merangkul Rae In yang berada di sampingnya. Tinggi Rae In yang hanya sampai pundak Young Min itu memudahkan Young Min untuk merangkul Rae In.

Saat melewati papan karya siswa, mereka berhenti. Mata Rae In tertuju pada satu hasil karya yang terpajang di papan itu. Young Min hanya tersenyum.

“Oppa menulis ini? Aku tahu ini pasti fotoku kan? Pasti di-edit,” Rae In tersenyum dan mendongak menatap Young Min.

“Puisi ini memang untukmu. Kau akan selalu cantik di mataku,” Young Min mengacak rambut Rae In sembari tersenyum.


********************

Yeppeuda hani yeppeo jyeonnabwa
Gwaenchanta hani baram nannabwa
Daga anya Ha!
Kkeutnan ge anya Ha!
Heeojin ge aniya


“Aku sangat berharap kau kembali padaku. Aku tahu cepat atau lambat kau pasti akan kembali padaku,”

Young Min telah membuka kelopak matanya. Ia berjalan menuju jendela dan membukanya. Ia memandang ke luar jendela. Jauh di depan.

Angin berhembus lembut memainkan rambut pirang Young Min. Rambut Young Min berkibar. Sekali lagi, Young Min memejamkan mata.

********************

“Bukankah aku seperti adikmu saat kita berdua berjalan bersama?”

Rae In duduk di bangku yang berada di atap sekolah. Young Min yang duduk di lantai di dekat Rae In menoleh. Wajahnya keheranan.

“Waeyo?”

“Aku hanya merasa...” Rae In menunduk. Ia menaikkan kedua kakinya ke bangku.

Young Min tersenyum melihat Rae In. Ia bangkit dan berdiri di depan Rae In. Ia membungkuk sedikit dan mengacak rambut Rae In.

“I’ts okay, My Lady,”


********************

Hey yo, an doeneunge ttak hana isseo
Mot chamneunge ttak hana isseo
Neojanha aljanha tumyeonghan
Nae yeoja son daeji ma


“Bukankah sudah kukatakan aku mencintaimu apa adanya?”

Young Min membuka kelopak matanya. Ia beranjak dari tempatnya berdiri dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Young Min membuka pintu kamarnya. Setelah menyalakan lampu kamar, ia berjalan menuju dinding kamar sebelah selatan. Di dinding itu terdapat banyak foto. Satu gadis yang sama.

“Kini semuanya berbeda,”

********************

“Oppa, kenapa mengambil banyak sekali fotoku?”

Rae In berada dalam dekapan Young Min. Mereka berdua menghadap ke depan. Young Min kembali mengangkat kameranya.

“Say cheese,”

Sinar blitz kamera yang menyilaukan baru saja muncul dari kamera Young Min. Lengan kiri Young Min mengalung di leher Rae In. Dagu Young Min berada di pundak kanan Rae In.

Young Min tidak menjawab pertanyaan Rae In. Dia terus sibuk dengan kameranya. Ia mengibaskan hasil foto yang baru saja keluar.

“Lihat. Kau cantik, kan?”


********************

Naman naman naman bodeon your eyes
Songnunsseobe ppajyeo beorin your man
Oneun gil aljanha na yeogiisseo


Young Min meremas kertas yang berada dalam genggamannya. Sorot matanya menjadi sendu. Ia rindu masa lalu. Sangat merindukan masa lalu.

“Kau harus percaya pada dirimu sendiri. Bukan mereka. Aku hanya mencintaimu. Aku tidak mencintai mereka,”

Young Min membuka telapak tangannya, membiarkan kertas tersebut jatuh ke lantai.

********************

Young Min segera menarik Rae In yang berada di depannya. Sebuah motor melaju dengan kencang di tempat dimana sedetik yang lalu Rae In berada.

“Tidak bisakah kau memperhatikan kanan kirimu saat menyeberang?” Young Min melepaskan dekapannya pada Rae In. Rae In hanya meringis.

“Untung saat kau masih jauh tidak ada kendaraan yang menabrakmu. Saat kau ada di depanku malah ada yang akan menabrakmu,” Young Min membelai rambut panjang Rae In.

“Jangan hanya melihatku, Rae In,”


********************

(You’re my lady)
Tic Toc uriui siganeun meomchugo go go
(You’re my lady)
Talk talk dan han madiman deo deo
(You’re my lady.. with you)


Young Min berjalan menuruni tangga dengan membawa kamera di tangan kanannya. Ia menoleh sekilas saat melewati sofa. Kenangan akan gadisnya kembali mengulang.

“Aku berharap waktu berhenti dan kembali. Aku ingin mendengar suaramu,”

********************

Rae In terus menggeleng saat Young Min memintanya bernyanyi. Young Min hanya menghela nafas.

“Selama ini aku yang menyanyi dengan iringan piano milikmu. Kini saatnya aku mendengarkan suaramu saat bernyanyi,” Young Min memasang mimik memelas.

“Tidak mau. Suaraku tidak bagus seperti teman – teman. Bisa – bisa kaca pecah karena suaraku,” kata Rae In.

“Aku akan menghargai suaramu. Beneran deh,” Young Min mengangkat jari telunjuk dan tengah, membentuk sign V.

“Aku hanya mau menyanyikan lagu buatanmu sendiri. Sampai kau membuat lagu sendiri, aku tidak akan menyanyi,” Rae In menjulurkan lidahnya.

“Hei, kau!”

Young Min bangkit dari duduknya dan mengejar Rae In yang sudah terlebih dahulu berlari ke ruang tamu. Tapi karena kemampuan olahraga Rae In yang dibawah nilai rata – rata sekolah, maka dengan mudah Young Min menangkap Rae In.

“Lepaskan. Curang curang!”


********************

Wollae eopdeon geotcheoreom
Gwaenchanheun geotcheoreom
Geureoke nan jinael su eobseo No No No


Young Min sampai di pintu depan. Ia meraih pegangan pintu, namun kemudian ia berhenti. Di pintu itu ada sebuah tulisan kecil. ‘Yeongwonhi’.

“Jinja?”

Young Min tertunduk. Matanya panas melihat tulisan itu.

********************

Rae In mengangkat tangannya tinggi – tinggi. Ia menulis sesuatu di pintu rumah Young Min. Young Min hanya duduk memperhatikan Rae In.

Setelah selesai menulis, Rae In menurunkan tangannya dan menoleh ke Young Min. Ia tersenyum dan memberi isyarat agar Young Min mendekat.

Young Min beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Rae In. Ia membaca tulisan yang ada di pintu. Kata ‘Yeongwonhi’ yang berada dalam gambar hati.

Young Min tersenyum. Ia menunduk memandang Rae In yang juga sedang tersenyum.

“Janji kita berdua?” Young Min mengangkat kelingkingnya yang disambut oleh tautan kelingking Rae In.

“Bersama selamanya dan jangan pernah berubah,”


********************

Utginda hani jangnan chinabwa
Jalhanda hani nollaekina bwa
Jaemi eobseo Ha!
Gamdongdo eobseo Ha!
Ireoneun geo aniya


Young Min membuka pintu rumahnya dan melangkah keluar. Sinar matahari sore langsung menerpanya. Ia terus berjalan sembari membawa kamera di tangannya.

Young Min membelok di perempatan dan terus berjalan. Ia berhenti di halte bis. Beberapa saat kemudian bisa datang. Ia pun menaiki bis berwarna hijau itu dan duduk di kursi paling belakang.

Young Min menyangga dagunya dan memandang ke luar jendela.

********************

“Tunggu!”

Young Min menahan tangan Rae In. Rae In langsung mengibaskan tangannya sekuat tenaga, berharap tangannya bisa lepas dari Young Min. Tapi usahanya sia – sia belaka.

“Kenapa kau begini?”

“Aku muak mendengar apa yang mereka katakan di belakangku. Sekarang aku menyadarinya. Aku memang tak pantas untukmu. Kau terlalu sempurna sedangkan aku jauh dari kata sempurna!” Rae In kembali berusaha melepaskan tangannya. Namun Young Min menarik tangan Rae In dan merengkuhnya dalam dekapannya.

“Lepaskan aku, Young Min. Harusnya gadis ini bukan aku. Lepaskan. Aku sangat tak pantas untukmu,” Rae In memberontak tapi Young Min tak melepaskan dekapannya.

“You are my girl, no one can change your position,”

********************

Hey yo, an doeneunge ttak hana isseo
Mot chamneunge ttak hana isseo
Neojanha aljanha tumyeonghan
Nae yeoja son daeji ma


Young Min turun di depan sekolahnya. Sekolah itu tampak sepi. Tak ada siswa yang berseliweran. Namun seperti biasa, sekolah itu masih dibuka.

Young Min berjalan sepanjang lorong. Ia menaiki satu persatu anak tangga menuju atap sekolahnya.

********************

“Kau sadar tidak sih?!”

Rae In jatuh terduduk di atap sekolah. Dua orang gadis berambut panjang lurus berdiri di depan Rae In. Salah satu dari mereka baru saja mendorong Rae In hingga terjatuh.

“Kau itu sama sekali tidak pantas berada di samping Jo Young Min. Apa kau sadar itu, hah?!” salah satu dari gadis di depan Rae In membentak Rae In dengan suara keras.

“Apa sih yang dilihat Young Min darimu? Bahkan tinggimu tidak mencapai dagunya. Apa kau tidak pernah berkaca?”

Rae In hanya menunduk diam. Butiran air mata bening mengalir dari bola matanya.

Young Min baru saja tiba di atap sekolah. Matanya membelalak melihat Rae In yang terduduk di lantai.

“Jangan sentuh gadisku!”


********************

Naman naman naman bodeon your eyes
Songnunsseobe ppajyeo beorin your man
Oneun gil aljanha na yeogiisseo


Young Min membuka pintu atap sekolah. Perlahan ia berjalan menuju bangku di sudut. Ia duduk di bangku itu dan menaruh dagunya di pembatas.

Angin bertiup semakin kencang saat berada di ketinggian. Rambut Young Min menjadi berantakan diterpa angin.

Young Min mengangkat kamera yang ia bawa. Ia memotret pemandangan di kejauhan.

********************

“Aku bukan milikmu lagi, Young Min. Aku bukan gadismu lagi. Jangan lagi panggil aku gadismu,” Rae In menatap Young Min dengan tatapan yang belum pernah ia tunjukkan.

“Kemana panggilan oppa untukku? Kenapa kau berubah?” Young Min mencoba menatap ke dalam manik mata Rae In untuk menemukan kebohongan, namun Rae In langsung memalingkan wajahnya.

“Sudah kubilang aku kini sadar bahwa aku tidak pantas. Benar kata mereka,”

“Benarkah sekarang kau sudah tidak melihat untukku lagi?”

********************

Nege ippeun geojitmaldeulman neureonwatdeoni
Geojitmalcheoreom neon sarajyeotjanha (You are my girl)
Geuriume tto harureul jikyeo
Niga oneun geu nalkkaji beotyeo
Pyeonhi oge hae jugo sipeo


Young Min menaruh kamera di sebelahnya. Ia tak mempunyai minat lagi untuk memotret apapun semenjak tidak ada lagi objek foto yang paling ia sukai.

Ia mengambil sebuah foto yang ada di saku bajunya. Fotonya dengan seorang gadis manis. Young Min mengangkat foto itu ke udara. Dengan memejamkan mata dan menarik nafas dalam, ia menyobek foto itu menjadi dua. Tepat di tengah.

********************

“Say cheese,”

Sinar blitz kembali muncul. Young Min tersenyum dan membalikkan tubuhnya.

“Rae In, ini...”

Senyum di wajah Young Min lenyap seketika. Tak ada lagi gadis berambut hitam panjang di sampingnya.

“Aku lupa... Ia sudah berubah...”


********************

Hey yo, byeol il eomneun cheok hago isseo
Byeonham eomneun cheok hago isseo
Olgeora mitjanha nugudo
Nae yeoja son daeji ma

Young Min melepas separuh foto itu. Separuh foto yang berisi foto seorang gadis itu terbang tertiup angin.

“Apakah sekarang kau terbang bersama angin? Maukah kau datang kembali?”

********************

Young Min berjalan lesu menuju kantin. Sedari pagi ia tidak melihat Rae In. Ia begitu merindukan Rae In. Apapun yang Rae In katakan, Young Min tetap mencintai Rae In sampai detik ini.

Begitu menerima makanan yang ia pesan, Young Min langsung duduk di meja yang masih kosong. Baru makan tiga sendok, Young Min berhenti. Ia merasa seperti ada yang memperhatikannya dari tadi.

Young Min menoleh ke belakang. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana. Sepertinya saat tadi ia menoleh, Rae In cepat – cepat memalingkan muka.

“Aku tahu kau masih mencintaiku. Kenapa kau berubah?”


********************

Naman naman naman bodeon your eyes
Songnunsseobe ppajyeo beorin your man
Oneun gil aljanha na yeogiisseo


Langit tiba – tiba berubah gelap dan angin dingin bertiup semakin kencang. Tak lama setelah itu, tetesan air hujan mulai turun. Semakin lama semakin deras.

Young Min kini duduk di lantai. Rambutnya basah, menempel pada kulit kepalanya.

********************

‘Aku tak suka kau berubah seperti ini Jangan menjadi orang lain yang tidak aku kenal. Kau bukan Han Rae In yang aku kenal. Aku tahu kau masih mencintaiku. Kenapa kau harus mendengarkan apa kata mereka? Tahukah kau, bahwa mereka sangat ingin memisahkan kita berdua? Semua gadis yang pernah berkata padamu bahwa kau tidak pantas untukku, semuanya langsung memintaku untuk menjadi pacar salah satu dari mereka. Tak sadarkah kau bahwa mereka hanya iri padamu? Aku mencintaimu apa adanya. Tidak masalah apakah kau lebih pendek dariku atau dari mereka. Aku mencintaimu dari hati. Ada hal yang membuatku sangat mencintaimu.Percayalah padaku. Kau sangat istimewa di hatiku. You’re My Lady’

‘Jebal...’

‘Sadarilah...’

‘Aku berharap kau kembali secepatnya’

‘Aku masih di sini’

‘Nae yeoja saranghae’

********************

She’s a liar an tteonanda haetjanhayo
Johatdeon geotdeulman nan gieongnayo waeyo
Geudaen eodingayo nan yeogi itjanhayo
Tteonaji mayo eotteoke haeya sal su innayo


Tetesan hujan terus membasahi tubuh Young Min yang sudah menggigil kedinginan. Suasana menjadi sangat gelap. Sangat kontras dengan suasana beberapa waktu yang lalu.

“Jebal... Kuharap kau datang... Datanglah Han Rae In... Kau masih yeoja-ku kan?”

********************

Young Min berjalan di trotoar. Ia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan. Seragam SMA yang ia kenakan menempel di tubuhnya. Keadaannya benar – benar basah.

“Eodisseo, Rae In?”

Young Min menoleh ke belakang dan samping. Namun tak ada siapapun yang ia lihat. Dengan hati penuh kekecewaan, Young Min kembali berjalan.

“Young Min!”

Spontan Young Min menoleh ke belakang. Suara yang sangat ia kenal dan ia rindukan.

Di kejauhan tampak tubuh kecil Rae In berlari menembus hujan. Senyum di wajah Young Min perlahan kembali.

“Ia kembali...”

Rae In terus berlari hingga berada tepat di seberang Young Min. Wajah Young Min tampak mulai seperti dulu. Sangat bahagia.

Rae In membuka mulutnya berkali – kali, seperti mengatakan sesuatu. Namun suaranya kalah dengan suara hujan.

“Menyeberanglah!” seru Young Min.

Tanpa menunggu, Rae In langsung berlari menyeberangi jalan yang lebar itu. Pandangan Rae In hanya tertuju pada Young Min.

Sedetik kemudian muncul mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Rae In sama sekali tidak menolehkan kepalanya.

BRAAKKK

Young Min langsung berlari. Ia jatuh berlutut di depan seorang gadis yang sudah dikerumuni banyak orang. Genangan air di sekitarnya berubah warna kemerahan. Merah darah...

“Y..Young...M..M..Min...Op..pa...Mi...a...n...he....” seutas senyum itu membentuk tenang.


********************

“Dokter! Apa yang anda lakukan?!”

Young Min langsung menepis tangan dokter dan suster yang hendak melepas alat bantu di tubuh Rae In.

“Ia bisa meninggal jika anda melepas alat bantu ini, dok,” Young Min menggenggam tangan Rae In dengan panik.

Suhu tubuh Rae In sangat dingin dalam genggaman Young Min. Matanya menutup rapat. Senyum yang tadi ada kini hilang entah kemana. Sementara berbagai selang terpasang di tubuh Rae In.

“Tuan Jo, anda harus menerimanya,”

“Menerima apa? Rae In masih ada di sini. Ia tadi bicara denganku, dok!” air mata Young Min mulai meleleh. Tangannya yang menggenggam tangan Rae In semakin bergetar.

Dokter menghela nafas panjang.

“Maaf, kami harus melepas alat bantunya. Nona Han sudah pergi,”

“Mwo? Tidak... Tidak mungkin, dok... Dokter!” Young Min kembali panik melepaskan tangan dokter dari selang yang terhubung ke tubuh Rae In. Beberapa suster langsung memegang lengan Young Min dan membawanya mundur.

“Dokter! Rae In masih hidup! Rae In masih hidup!” air mata Young Min semakin banyak mengalir ke pipinya yang mulus, sementara ia melihat selang – selang dilepas dari tubuh Rae In.

“Lepaskan aku!” Young Min memberontak dari suster yang menahannya. Di depannya, dokter sedang menaikkan kain putih yang dipakai untuk selimut bagi Rae In. Kain putih itu kini menutupi seluruh badannya.

“ANDWAEE!!


********************

“Young Min oppa....”

Young Min mengangkat kepalanya. Seseorang memanggil namanya. Sangat dekat dengan telinganya. Suara yang benar – benar halus, melebihi halusnya suara seorang malaikat.

“Rae In?”

Seketika suhu di sekeliling badan Young Min, khususnya wajah hingga badan bagian atas, terasa sangat hangat. Young Min tertegun sejenak. Kemudian ia tersenyum penuh arti.

“Kau kembali, Rae In...”

Gaji mayo nal apeuge haji mayo
Gaseumi apa wa beotil suga eobtjanhayo
Geojitmal irago jangnan ieotdago
Ppalli malhaeyo.. jebal


===========================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Glitter Text @ Glitterfy.com